Beranda | Artikel
Teks Khotbah Jumat: Keutamaan dan Pelajaran Penting dari Ibadah Haji
Kamis, 22 Juni 2023

Khotbah pertama

 

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَركَاتُهُ.

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

أَشْهَدُ أَنْ لَاۧ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ .

اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى مَحَمَّدِ نِالْمُجْتَبٰى، وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ التُّقٰى وَالْوَفٰى. أَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى

فَقَالَ اللهُ تَعَالٰى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

Ma’asyiral muslimin, jemaah Jumat yang dimuliakan Allah Ta’ala.

Pertama-tama, marilah senantiasa bertakwa kepada Allah Ta’ala dalam setiap waktu dan kesempatan, beribadah kepada Allah Ta’ala di mana pun kita berada, serta menjauhi larangan-larangan-Nya kapan pun waktunya dan di mana pun tempatnya. Karena takwa merupakan sebaik-baik bekal untuk menghadap Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ

Berbekallah kamu, sesungguhnya sebaik-baik bekal itu adalah takwa.” (QS. Al-Baqarah: 197)

Jemaah yang dimuliakan Allah Ta’ala.

Saat ini kita sedang berada di dalam bulan-bulan haram. Bulan-bulan yang Allah jadikan sebagai bulan haji. Bulan-bulan di mana seluruh perhatian dan hati manusia di muka bumi ini tertambat ke Ka’bah. Rumah Allah yang selalu penuh dengan tamu-tamu-Nya.

Ketahuilah wahai jemaah sekalian, ibadah haji, padang Arafah, salat Iduladha, dan menyembelih merupakan syiar-syiar Allah yang harus kita jaga dan kita agungkan. Karena di dalam pengagungan kepada hal-hal tersebut akan menambah dan menguatkan ketakwaan di hati kita. Di dalam surah Al-Hajj, Allah Ta’ala berfirman,

ذٰلِكَ وَمَنْ يُّعَظِّمْ شَعَاۤىِٕرَ اللّٰهِ فَاِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوْبِ

“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya hal itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS. Al-Hajj: 32)

Ma’asyiral mukminin, jemaah Jumat yang berbahagia.

Sungguh di dalam pensyariatan haji terdapat pelajaran-pelajaran berharga yang sayang sekali untuk dilewatkan. Pelajaran-pelajaran berharga yang harus diketahui oleh seorang muslim sehingga ia semakin yakin dan bertauhid kepada Allah Ta’ala. Serta semakin kuat keinginannya untuk berhaji dan mengunjungi Baitullah Ka’bah yang penuh kemuliaan.

Jemaah yang dimuliakan Allah Ta’ala.

Ka’bah merupakan tempat ibadah pertama yang dibangun di muka bumi. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ * فِيهِ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ مَقَامُ إِبْرَاهِيمَ وَمَنْ دَخَلَهُ كَانَ آمِنًا وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ

“Sesungguhnya rumah (ibadah) pertama yang dibangun untuk manusia, ialah (Baitullah) yang di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam. Di sana terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) maqam Ibrahim. Barangsiapa memasukinya (Baitullah), maka dia aman. Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barangsiapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam.” (QS. Ali Imran: 96-97)

Di bulan haji yang penuh kemuliaan ini, kaum muslimin berbondong-bondong menjawab seruan yang diserukan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihis salam atas perintah Tuhannya,

وَاَذِّنْ فِى النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوْكَ رِجَالًا وَّعَلٰى كُلِّ ضَامِرٍ يَّأْتِيْنَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍ ۙ

“Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, atau mengendarai setiap unta yang kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh.” (QS. Al-Hajj: 27)

Jemaah Jumat yang berbahagia.

Haji merupakan kewajiban yang sangat mulia. Sebuah kesempatan emas untuk mendapatkan ampunan Allah Ta’ala atas dosa-dosa kita yang telah lalu. Bahkan, mereka yang mengerjakan haji, Nabi ibaratkan seperti seorang bayi yang baru dilahirkan, bersih, dan suci dari dosa dan kesalahan. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَن حَجَّ لِلَّهِ فَلَمْ يَرْفُثْ، ولَمْ يَفْسُقْ، رَجَعَ كَيَومِ ولَدَتْهُ أُمُّهُ.

“Barangsiapa yang mengerjakan ibadah haji hanya untuk Allah Ta’ala dan dia tidak melakukan jimak dan tidak pula melakukan perbuatan dosa, dia akan kembali seperti pada hari ketika ia dilahirkan ibunya.” (HR. Bukhari no. 1521 dan Muslim no. 1350)

Siapa saja yang berhaji lalu tidak melakukan jimak, perbuatan keji, dan perbuatan dosa, maka ia akan pulang dengan kondisi dosa-dosanya akan diampuni oleh Allah Ta’ala, baik yang kecil maupun yang besar. Terkecuali dosa-dosa yang ada sangkut pautnya dengan hak orang lain, maka harus diselesaikan langsung dengan orangnya tersebut.

Di hadis yang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebutkan bahwa tidak ada balasan yang lebih utama untuk haji yang mabrur, kecuali surga. Beliau bersabda,

والحَجُّ المَبْرُورُ ليسَ له جَزَاءٌ إلَّا الجَنَّةُ

“Adapun haji mabrur, maka tidak ada balasan bagi yang melakukannya, melainkan surga.” (HR. Bukhari no. 1773 dan Muslim no. 1349)

Wallahu a’lam bisshawab.

أقُولُ قَوْلي هَذَا وَأسْتغْفِرُ اللهَ العَظِيمَ لي وَلَكُمْ، فَاسْتغْفِرُوهُ  يَغْفِرْ لَكُمْ إِنهُ هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيمُ، وَادْعُوهُ يَسْتجِبْ لَكُمْ إِنهُ هُوَ البَرُّ الكَرِيْمُ.

Baca juga: Memaknai Kembali Ibadah Haji

Khotbah kedua

 

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ.

Maasyiral mukminin yang dimuliakan Allah Ta’ala,

Ibadah haji yang penuh kemuliaan ini, ibadah haji yang balasannya surga ini sesungguhnya mengandung banyak sekali pelajaran penting dan faedah yang sangat besar bagi siapa pun yang ingin mengambil ibrah dan pelajaran.

Pelajaran pertama yang bisa kita ambil adalah realisasi tauhid dalam kehidupan.

Bagaimana tidak? Tidak ada satu kegiatan pun dalam ibadah haji, melainkan merupakan bentuk realisasi tauhid kepada Allah Ta’ala. Bangunan Ka’bah yang berdiri dengan megahnya, tidaklah berdiri melainkan berpondasikan dengan tauhid. Allah Ta’ala berfirman,

وَاِذْ بَوَّأْنَا لِاِبْرٰهِيْمَ مَكَانَ الْبَيْتِ اَنْ لَّا تُشْرِكْ بِيْ شَيْـًٔا وَّطَهِّرْ بَيْتِيَ لِلطَّاۤىِٕفِيْنَ وَالْقَاۤىِٕمِيْنَ وَالرُّكَّعِ السُّجُوْدِ

“Dan (ingatlah), ketika Kami tempatkan Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan), “Janganlah engkau mempersekutukan Aku dengan apa pun dan sucikanlah rumah-Ku bagi orang-orang yang tawaf, dan orang yang beribadah dan orang yang rukuk dan sujud.” (QS. Al-Haji: 28).

Bahkan kalimat talbiyah, salah satu amalan pembuka dan intisari ibadah haji ini disebut juga dengan kalimat tauhid, karena kandungan maknanya yang begitu menggambarkan keesaan Allah Ta’ala. Dalam hadis Jabir radhiyallahu ‘anhu yang mengisahkan dan mendeskripsikan secara rinci tentang bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berhaji disebutkan,

فَأَهَلَّ بالتَّوْحِيدِ: لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لا شَرِيكَ لكَ لَبَّيْكَ، إنَّ الحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ، لا شَرِيكَ لكَ

“Beliau memulai dengan talbiyah (yang mengandung makna) tauhid, ‘Aku penuhi panggilan-Mu, ya Allah. Aku penuhi panggilan-Mu. Aku penuhi panggilan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu. Aku penuhi panggilan-Mu. Segala puji, nikmat, dan kerajaan adalah milik-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu’.”  (HR. Muslim no. 1218)

Jemaah Jumat yang semoga senantiasa berada di atas sunah,

Pelajaran kedua yang bisa kita ambil, yaitu haji merupakan momentum terbaik bagi seorang muslim untuk mempraktikkan langsung bagaimana dirinya ber-mutaaba’ah, mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam setiap amal ibadah yang Allah perintahkan.

Saat melaksanakan ibadah haji, berusahalah untuk bisa membedakan mana amalan yang telah Nabi perintahkan dan contohkan untuk dilakukan dan mana yang tidak pernah beliau perintahkan dan contohkan. Tawaf, sai, salat, melempar jamrah, bukan karena ikut-ikutan orang lain, tetapi karena mengetahui bahwa hal tersebut memang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sahabat Jabir radhiyallahu ‘anhu mengisahkan,

رَأَيْتُ النبيَّ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ يَرْمِي علَى رَاحِلَتِهِ يَومَ النَّحْرِ، ويقولُ: لِتَأْخُذُوا مَنَاسِكَكُمْ، فإنِّي لا أَدْرِي لَعَلِّي لا أَحُجُّ بَعْدَ حَجَّتي هذِه

Aku pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melempar Jamrah dari atas kendaraan beliau pada hari Nahr (penyembelihan hewan kurban). Beliau bersabda, “Agar kalian mengambil tata cara haji kalian (dariku), sebab aku tidak tahu, barangkali aku tidak berhaji lagi sesudah hajiku ini.” (HR. Muslim no. 1297).

Para ulama menjelaskan,

“Hikmah melempar jamrahnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dari atas kendaraan adalah agar manusia dapat melihat dengan jelas tata cara beliau di dalam melaksanakan rangkaian ibadah haji tersebut, sehingga mereka dapat mengikuti dan mencontoh tata cara haji yang telah beliau contohkan.”

Lihatlah bagaimana Nabi kita sangat bersemangat di dalam menyampaikan ajaran dan contoh dalam setiap amal ibadah yang diperintahkan. Sungguh wahai jemaah sekalian, sebuah ibadah tidak akan diterima, kecuali jika di dalamnya kita mengikuti petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Jemaah Jumat yang semoga senantiasa berada di bawah kasih sayang dan lindungan Allah Ta’ala,

Pelajaran ketiga yang bisa kita ambil hikmahnya, yaitu haji mengajarkan kita perihal persatuan dan rasa peduli terhadap sesama dalam umat Islam.

Jika dalam salat lima waktu secara berjemaah, kita berkumpul dan bertukar kabar dengan tetangga dekat kita. Dan dalam salat Jumat, sebagaimana yang kita lakukan hari ini kita berkumpul dengan komunitas yang lebih besar, entah itu tetangga satu dusun atau satu kampung. Maka, ketika kita berhaji ke Baitullah, diri kita berkumpul dan berinteraksi dengan komunitas yang sangat besar. Kita berkumpul dengan kaum muslimin dari segala penjuru dunia dengan bahasa yang berbeda, ras yang berbeda, dan logat bahasa yang berbeda.

Dalam musim haji, ada lebih dari dua juta kaum muslimin yang berkumpul di satu tempat yang sama. Dengan menggunakan pakaian yang sama dan tidak ada bedanya antara si kaya dan si miskin. Kesemuanya itu mengajarkan kita akan makna persatuan, toleransi, dan universalitas kaum muslimin.

Jemaah yang berbahagia.

Musim haji adalah musim yang penuh keberkahan. Musim yang penuh dengan keutamaan, baik bagi yang Allah mudahkan untuk berangkat haji maupun bagi yang belum bisa berangkat haji. Siang hari di sepuluh hari pertama bulan Zulhijah merupakan waktu siang yang paling utama daripada hari lainnya karena di dalamnya terdapat hari Arafah, hari Tarwiyah, dan hari raya Iduladha. Selain juga adanya keutamaan bulan haram dari pada bulan-bulan lainnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ما مِن أيَّامٍ العملُ الصَّالحُ فيها أحبُّ إلى اللَّهِ من هذِهِ الأيَّام يعني أيَّامَ العشرِ ، قالوا : يا رسولَ اللَّهِ ، ولا الجِهادُ في سبيلِ اللَّهِ ؟ قالَ : ولا الجِهادُ في سبيلِ اللَّهِ ، إلَّا رَجلٌ خرجَ بنفسِهِ ومالِهِ ، فلم يرجِعْ من ذلِكَ بشيءٍ

“Tidak ada satu amal saleh yang lebih dicintai Allah Ta’ala melebihi amal saleh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Zulhijjah).” Para sahabat bertanya, “Tidak pula jihad di jalan Allah Ta’ala?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Tidak pula jihad di jalan Allah Ta’ala, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya, namun tidak pulang karenanya.” (HR. Bukhari no. 969 dan Abu Dawud no. 2438. Lafaz hadis ini adalah lafaz riwayat Abu Dawud)

Semoga Allah Ta’ala memudahkan kita semua untuk mengisi dan memanfaatkan momentum musim haji dan bulan-bulan haram ini dengan ketaatan. Salat berjemaah di masjid, bersedekah, membaca Al-Qur’an, mengerjakan salat sunnah rawatib, dan tak lupa berpuasa di hari Arafah. Semoga Allah Ta’ala jadikan haji setiap mukmin yang berhaji di tahun ini sebagai haji yang mabrur, haji yang membawa kebaikan bagi dirinya dan orang lain. Teruntuk yang belum Allah berikan kesempatan untuk berhaji di tahun ini, semoga Allah Ta’ala berikan kesempatan tersebut di tahun-tahun yang lain.

فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ،

اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى

اللهمّ أحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الأُمُورِ كُلِّهَا، وَأجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ

رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.

وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Baca juga: Buah Manis Istigfar

***

Penulis: Muhammad Idris, Lc.


Artikel asli: https://muslim.or.id/85581-keutamaan-dan-pelajaran-penting-dari-ibadah-haji.html